Contoh Makalah

BAB I PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

 

Setiap manusia yang hidup di dunia ini tentunya senantiasa berfikir, terkadang yang membedakannya adalah tingkat kecerdasan dalam pemikiran manusia tersebut, yang dimaksud dengan kecerdasan adalah kesanggupan mental seseorang untuk menerima, memahami, bahkan menginterprestasikan sesuatu secara berlebih, daripada yang lain. Orang lain bisa mengukur kecerdasan orang, tentunya dengan tes-tes yang biasanya dilakukan oleh psikolog. Terdapat tiga karakteristik utama dalam kecerdasan berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung. Sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal serta mengarah kepada kebenaran secara konfergen. Istilah kecerdasan itu diturunkan dari kata intelegensi.

Intelegensi merupakan suatu kata yang memiliki makna sangat abstrak. Secara umum kecerdasan ( intelegensi) dapat didefenisikan sebagai suatu konsep abstrak yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog melalui tes intelgensi untuk mengestimasi proses intelektual.

Intelegensi adalah kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara kritis, cermat, dan teliti,serta menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien.

 

Beberapa ahli mempunyai pandangan yang berbedamengenai kecerdasan itu sendiri. Salah satunya ialah Dr. J.P Guilford di University of Southern California.

Seorang  psikolog di Angkatan Udara AS di pertengahan 1900-an, Guilford menerapkan tentang kecerdasan yang diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan dating. Dalam konteks ini maka yang namanya belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Kecerdasan menurut pandangan Guilford memandang adanya struktur yang terlibat di dalam proses kecerdasan sehingga menghasilkan produk berupa berfikir kreatif da divergent (memiliki beberapa alternative kebenar).

 

 Berdasarkan latar belakang di atas, kami sebagai penulis mencoba menjelaskan mengenai Struktur Kecerdasan menurut pandangan J.P Guilford atau lebih dikenal dengan Structure of Intellect (SOI) dan penerapan atau implikasi pandangan Guilford dan teorinya dalam MATEMATIKA dengan judul “ TEORI BELAJAR GUILFORD”.

 

  • Rumusan Masalah

 

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Bagaimana pengertian dan inti Teori Belajar Guilford
  • Bagaimana karakteristik dari Teori Struktur Intelegensi
  • Bagaimana penerapan Teori Belajar Guilford dalam pembelajaran Matematika

 

  • Tujuan Penulisan

 

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Menjelaskan pengertian dan inti Teori Belajar Guilford
  • Memaparkan karakteristik dari teori Srtuktur Intelegensi
  • Menjelaskan kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Guilford
  • Menjelaskan penerapan Teori Belajar Guilford

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

  • Biografi Guilford dan Teori Pembelajarannya

Joy Paul Guilford adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika. Guilford dilahirkan di sebuah peternakan dekat Marquette, Nebraska, pada tanggal 7 Maret 1987, putra dari Edwin dan Arvilla Monroe Guilford. Guilford banyak menelitih tentang intelegensi manusia, termasuk meneliti perbedaan penting antara produksi divergen dan konvergen. Semasa masi kecil, Guilford memiliki kebiasaan mengamati perbedaan kemampuan di antara keluarganya sendiri. Guilford merupakan lulusan dari Universitas Nebraska sebelum belajar di Edward Titchener di Cornell. Pada tahun 1938 Guilford menjadi presiden ke-3 Masyarakat Psikometri, mengikuti jejak pendirinya Louis Leon Thurstone dan EL Thorndike yang memegang posisi pada tahun 1937. Guilford melakukan pengembangan di Nebraska dan di University of Southern California. Pada tahun 1941 Guilford memasuki US Army Letnan Kolonel dan menjabat sebagai Direktur Unit Penelitian Psikologi No 3 di Basis Angktan Darat Santa. Dipromosikan menjadi kepala Unit Penelitian Psikologi di Angkatan Darat Pelatihan Udara AS Markas Komando Pasukan di Fort Worth, Guilford mengawasi “ Proyek Stanines”, yang mengidentifikasi delapan kemampuan intelektual yang spesifik penting untuk menerbangkan pesawat. (Stanines, sekarang istilah umum dalam psikologi pendidikan, diciptakan selama proyek Guilford). Selama Perang Dunia II, penggunaan Guilford dari delapan factor dalam pengembangan Baterai Uji dua hari klasifikasi signifikan dalam meningkatkan tingkat kelulusan bagi trainee aircrew. Guilford bergabunfg dengan Fakultas Pendidikan di University of Southern California dan melanjutkan penilitian faktor-faktor kecerdasan.

Dia dipublikasikan secara luas pada apa yang akhirnya bernama Struktur Teori Akal, dan pasca perang penilitian mengidentifikasi total 90 kemampuan intelektual diskrit dan 30 kemampuan perilaku.

Struktur of Intelek (SOI) adalah teori kecerdasan manusia yang dikembangkan dari karya Dr. J.P Guilford di University of Southern California. Teori Belajar Guilford banyak membicarakan mengenai struktur intelegensi/kecerdasan seseorang yang banyak mengarah pada kreativitas seseorang. Belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi, Diperlukan perilaku intelegen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku non intelegen.

Guilford mengemukakan bahwa intelegensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau faces of intellect, yaitu :

 

  1. Operasi Mental (Proses Berpikir)
  2. Cognition yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan dan sadar akan informasi.
  3. Memory Relention yaitu kemampuan untuk mengingat informasi.
  4. Memory Recording yaitu kemampuan untuk mengkodekan informasi (ingatan yang segera)
  5. Divergent Production yaitu kemampuan untuk menghasilkan beberapa solusi untuk masalah kreativitas.
  6. Convergent Production kemampuan untuk menyimpulkan satu solusi untuk masalah.
  7. Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai apakah informasi akurat, kosisten, atau valid.

 

  1. Content (Isi yang dipikirkan)
  2. Visual (bentuk konkret atau gambaran) yaitu informasi dipersepsikan melalui melihat.
  3. Auditory yaitu informasi dirasakan melalui pendengaran.
  4. Word Meaning (sematic) yaitu informasi yang dipersepsikan dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan, tertulis, atau diam-diam dalam pikiran seseorang.
  5. Symbolic (informasi dalam bentuk lambing, kata-kata atau angka dan notasi music).
  6. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).

 

 

 

  1. Product (Hasil Berpikir)
  2. Unit (intem tunggal informasi).
  3. Kelas (kelompok intem yang memiliki sifat-sifat yang sama)
  4. Relasi (keterkaitan antar informasi)
  5. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
  6. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefenisi informasi).
  7. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi intem lain).

 

Setiap teori pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekekuranganya masing-masing. Begitu juga dengan teori Struktur of Intellect yang dibahas dalam kajian ini. Kelebihan dari penerapan teori ini ialah dapat memaksimalkan semua potensi yang ada terutama dalam proses berfikir yang lebih kompleks (divergen). Sedangkan kekurangannya ialah bila digunakan kepada anak-anak atau siswa yang terbiasa dengan menggunakan pola berfikir konvergen yang menyebabkan anak tersebut mengalami kebingungan. Karena dalam pola berfikir konvergen selalu meminta jawaban yang paling benar.

 

  • Karakteristik Teori Guilford (Teori Struktur Intelegensi)

Intelegensi dan IQ Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah sebagai berikut :

  • Faktor Keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara 2 anak kembar korelasinilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang di besarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walau mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

 

  • Faktor Lingkungan.

Walau ada cirri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amt penting. Orang seringkali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaanarti yang sangat mendasar. Arti intelegensi sudah di jelaskan didepan, sedangkan IQ atau tingkatan dari intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alas tes kecerdasan. Dengan demikian , IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

 

Intelegensi dan bakat intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta menyesuaikan dengan lingkungan. Didalam struktur intelegensi menurut Guilford juga terkandung komponen ingatan. Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Intelegensi dan kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang integen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. J.P Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampua untuk memberikan berbagai alternative jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.

Dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan potensi yang diturunkan dan memiliki oleh setiap orang untuk berpikir secara logis, berfikir abstrak dan kelincahan berpikir dan dapat melakukan berbagai kemampuan yang ada seperti

  • Kepekaan, kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional.
  • Linguistic, kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-funsi bahasa.
  • Musical, kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk ekspresi music.
  • Spatial, kemmpuan mempersepsikan dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi-persepsi tersebut.
  • Bodily Kinesthetic, kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil.
  • Interpersonal, kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen dan motivasi orang lain.
  • Intrapersonal, kemampun untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri.

Kecakapan potensial seseorang hanya dapat dideteksi dengan mengidentifiksi indikator-indikatornya. Jika kita perhatikan penjelasan-penjelasan intelegensi diatas, maka pada dasarnya indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yaitu : Kecepatan (waktu yang singkat), Ketetapan (hasilnya yang sesuai dengan yang diharapkan) dan Kemudahan (tanpa mengahadapi hambatan dan kesulitan yang berarti) dalam bertindak.

Dengan indikator-indikator perilaku intelegensi tersebut, para ahli mengembangkan instrument-instrumen standar untuk mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan kecakapan khusus (bakat) seseorang.

Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak digunkan di Indonesia ialah Tes Binet Simon walaupun sebetulnya menurut hemat penulis alat ukur tersebut masih terbatas untuk mengukur intelegensi atau bakat persekolahan (scholastic aptitude), belum dapat mengukur aspek-aspek intelegensi secara keseluruhan (multiple inteligence). Selain itu, ada juga tes intelegensi yang bersifat lintas budaya yaitu Tes Progressive Metrices (PM) yang dikembangkan oleh Raven. Dari hasil pengukuran intelegensi tersebut dapat diketahui seberapa besar tingkat intelegensi. (biasa disebut IQ = Intellingent Quotient yaitu ukuran kecerdasan dikaitkan dengan usia seseorang.

Guilford melihat kepribadian sebagai suatu struktur sifat yang tersusun secara hirarkis, mulai dari tipe-tipe yang luas pada puncaknya. Kemudian sifat-sifat primer, kemudian hexes (diposisi-diposisi agak khusus seperti kebiasaan-kebiasaan). Guilford juga mengakui adanya sejumlah sub-area utama dalam kepribadian serta sifat-sifat abilitas, teperamen dan dinamik.

 

  • Penerapan Teori Belajar Guiford Dalam Matematika

Implikasi teori belajar Guilford dalam pembelajaran sebagai berikut :

  1. Dalam menyelesaikan soal pembelajara matematika kepada siswa, dari jawaban yang diberikan siswa dapat dibuktikan bahwa kemampuan untuk memberikan berbagai alternative jawaban adalah berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru melalui materi pembelajarannya.
  2. Kreatifitas seorang siswa dapat dilihat dari kemampuannya untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan ide kreatif tanpa bersumber pada suatu teori saja, sehingga memunculkan banyak ide dari berpikir kreatifnya.
  3. Pada kinerja seeorang pada tes kecerdasan dapat ditelusuri kembali ke dasar kemampuan mental atau faktor kecerdasan sesorang itu sendiri.

Berfikir kreatif yang terjadi pada siswa tergantung pada kemampuan dirinya untuk mewujudkan ide/gagasannya yang timbul pada hati nurani untuk mewujudkan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

 

Kreativitas yang di kembangkan oleh Guilford diterapkan mulai pada tingkat taman kanak-kanak, yaitu dalam mengenal bilangan, menggambar bangun datar dan bangun ruang. Pada tingkat sekolah dasar maupun menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi terdapat beberapa materi yang esensial yang memungkinkan anak untuk berkreatifitas misalnya geometri. Slah satu contoh materi menentukan kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah :

 

  1. Siswa dikelas diperkenalkan sebuah bangun ruang, yaitu kubus ABCD.EFGH yang disusun dari beberapa bidang sisi, siswa dikelas diperkenalkan salah satu jaring-jaring kubus :

Siswa diberikan waktu untuk memikirkan berdasarkan contoh yang telah diberikan untuk menemukan sendiri susunan jaringan-jaringan kubus yang lain.

Kemudian siswa diminta tentukan kedudukan bidang pertama hingga bidang kedua dari jaring – jaring kubus yang ditemukan  hingga membentuk sebuah kubus.

 

 

  1. Dalam lomba pacuan kuda terdapat 15 lebih kaki kuda dari pada ekornya. Berapa banyak kuda pada lomba itu?

Penyelesaian :

Cara 1. Misal  x = banyak kuda

x juga menyatakan banyak ekor kuda, maka

x + 15 = 4x

3x = 5

x = 5

jadi, banyak kuda adalah 5

 

Cara 2. Kaki kuda 4 dan ekor 1. Lebihnya ada 15

Kaki dikurangi ekor ada 3

Bagi 15/3 = 5

Jadi, banyak kuda ada 5

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III  PENUTUP

 

  • Kesimpulan dan Saran

 

  • Kesimpulan

 

Guilford menerangkan tentang kecerdasan yang di artikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang. Kreativitas, menurut Guilford dapat dinilai dari aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun cirri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas. Guilford mengemukakan bahwa intelegensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu Operasi Mental (Proses Berfikir), Content (isi yang dipikirkan), Visual (bentuk konkret tau gambaran). Auditory, Word Meaning (sematic), Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dalam notasi), Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi, muka atau suara) dan Product (hasil berpikir).

 

  • Saran

Teori Guilford banyak mengenai struktur intelek siswa, bagaimana kreativitas siswa dan banyak membahas mengenai psikologi kepribadian. Kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya yang akan menyelesaikan tugas akhir yang membahas mengenai I ntelegensi dan kreativitas siswa sebaiknya lebih mengembangkan teori ini.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  • Abidin Muhammad Zainal. (2010). Teori Belajar Guilford. [Online].

Tersedia:http://www.masbied.com/2010/03/20/teori-belajar-guilford#more-2466. [15 september 2011]. Kearsley,G. (2002)

  • JP Guilford Struktur Intelek. [Online].

Tersedia:http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/Guilford.html. [15 september 2011].

  • Guilford, J. P. (1973). Fundamental statistic in psychology and education. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Guilford, J. P. (1967).

Contoh Makalah Pendidikan

Kata Pengantar
Puji  syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME , karena atas berkat tumpahan rahmat dan hidayah-Nya , Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah PROFESI KEPENDIDIKAN.

Makalah ini membahas mengenaiPENGARUH KREATIFITAS DAN KEPROFESIONALAN GURU MEMBUAHKAN PRESTASI BAGI SEKOLAH DAN SISWANYA

Saya sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,agar makalah ini bisa bermanfaat bagikita semua.
DAFTAR ISI

  • KATA PENGANTAR …………………………………….(i)
  • DAFTAR ISI …………………………………….(ii)
  • BAB I. PENDAHULUAN                              …………………………………….(iii)
  1. Latar belakang
  2. Rumusan masalah
  3. Tujuan penulisan
  4. Metode penulisan
  • BAB II. PEMBAHASAN KEPUSTAKAAN …………………………………….(1-15)
  • BAB III. PENUTUP …………………………………….(IV)
  1. Kesimpulan
  2. Saran
  • DAFTAR PUSTAKA …………………………………….(V)

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis. Guru merupakan suatu profesi yang yang memiliki tugas untuk mengajar, mendidik dan membina akan anak bangsa. Banyak hal yang diistilahkan tentang guru, banyak orang yang bertindak seperti guru di beberapa lembaga kursus atau pelatihan tidak di sebut guru, tetapi sebagai tutor atau pelatih. Padahal mereka tetap saja bertindak seperti guru mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik. Seorang guru diharapkan dapat berkomunikasi, pandai mengasuh dan menjadi teman belajar bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinlah komunikasi antar guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tidak terlepas dari cara guru tersebut menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif. Ia harus mampu membangun motivasi siswa, melibatkan siswa dalam proses belajar-meengajar serta pandai menarik minat dan perhatian siswa.

Peran guru sangat diperlukan karena dapat membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya. Seorang siswa tidak dapat mengerti dan memahami tanpa adanya bantuan pembelajaran yang baik dari seorang guru untuk menjadikaan siswa yang bewawasan, aktif, berkreasi dan membanggakan. Minat, bakat, kemampuan dan potensi- potensi yang dimiliki peserta didik juga tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Banyak hal yang diajarkan oleh guru ketika banyak hal  baru, yang di mulai dari cara memegang pensil, cara menulis yang benar, mengenal huruf dan angka, Gurulah yang berkreasi. Karena kreatifitas seorang guru dapat memberikan pengaruh yang besar kepada siswanya dalam meraih akan kesuksesan dalam berbagai bidang kegiatan positif.

Penguasaan kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru banyak yang salah kaprah. Tetapi karena kreatifvtas dan jasa gurulah yang merupakan hasil dalam membanttu akan pertumbuhan dan perkembangaan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta mensejaterahkan masyarakat, kemajuan Bangsa dan Negara. Maka judul yang saya angkat adalah “Pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi siswa dalam mengikuti lomba”.

  1. RUMUSAN MASALAH
  2.  Bagaimana cirri-ciri seorang guru professional?
  3. Bagaimana konsep diri, sikap dan tipe-tipe guru yang professional?
  4. Bagaimana pengaruh kreativitas guru terhadap pertasi belajar siswa?
  5. Adakah pengaruh kreativitas guru terhadap hasil belajar dan prestasi siswa?
  6. Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi belajar siswa?
  7. Adakah hubungan antara kprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa?
  8. Adakah sekolah yang meraih prestasi karena kreatifitas dan keprofesionalan gurunya?
  1. TUJUAN PENULISAN

Tugas ini mempunyai tujuan untuk :

  1. Mengetahui latar belakang peran dan fungsi guru.
  2. Mengetahui cirri-ciri seorang guru profesional
  3. Mengetahui adakah pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi belajar siswa
  4. Mengetahui tingkat pengaruh kreatifitas guru terhadap prestasi belajar siswa.
  5. Mengetahui hubugan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa.
  6. Mengetahui adakah sekolah yang berprestasi karena kreatifitas dan keprofesionalan gurunya.
  7. Memberi gambaran kepada kita (calon guru) kedepannya agar mengetahui peran dan fungsi guru sekaligus menjadi guru yang kreatif demi kemajuan dan perkembangan peserta didik.
  1. METODE PENULISAN

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian

Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar (1992: 47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan yang merupakan     kesimpulan para ahli mengenai kreativitas.

Pertama, kretivitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsure-unsur yang ada.  Kedua, kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yan tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekananya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Utam Munandar 1992: 48). Ketiga secara operasional kreativitas dapat  dirumuskan sebagai   kemampun yang mencerminkan  kelancaran, keluwesan (fleksibilitas ), dan orisinilitas  dalam berpikir, serta kemampua   untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan.

  1. Ciri-ciri Kreativitas

Untuk   disebut   sebagai   seorang   yang   kreatif,   maka   perlu   diketahui   tentang   ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

  • Keterampilan berpikir   lancer
  • Keterampilan berpikir luwes
  • Keterampilan berpikir  rasional
  • Keterampilan memperinci  atau  mengelaborasi
  • Keterampilan menilai
  1. Peran guru dalam pembelajaran

Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai:

  1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
  2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
  3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
  4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
  5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
  6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
  7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
  8. Mengembangkan kreativitas.
  9. Menjadi pembantu ketika diperluka. Demikian beberapa peraan yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.

 

  1. Peran dan Fungsi Guru


        Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

  • Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.

  • Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.

  • Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab.

  • Guru sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan.

  • Guru sebagai pengelola pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran.

  • Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.

  • Sebagai anggota masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan.

  • Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.

  • Guru Sebagai Penasehat
    Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
  • Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
    Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
  • Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
    Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
  • Guru Sebagai Emansipator
    Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
  • Guru Sebagai Evaluator
    Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
  • Guru Sebagai Kulminator
    Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi).
  1. Ciri-ciri seorang guru profesional

Ada beberapa ciri-ciri guru profesional antara lain :

  • Selalu punya energi untuk siswanya
  • Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
  • Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
  • Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
  • Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
  • Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
  • Pengetahuan tentang Kurikulum
  • Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
  • Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
  • Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
  1. Pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi belajar siswa

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya   berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan   sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan   peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar-mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar-mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dari uraian diatas jelas bahwa   dalam proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang professional dan paling tidak memiliki tigaa kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar-mengajarnya.

  1. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar

 

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu   dalam   proses   belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integritas penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa.   Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa,  tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan perang berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan prose belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator.

Ada   beberapa   syarat   untuk   menjadi  guru   yang   kreatif   sebagaimana   yang dikemukakan oleh munandar (1985:67) yaitu :

Profesional, kepribadian dan menjalin hubungan social.

  1. Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar

Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan  mampu berkreasi dalam hal:

  1. Merumuskan       tujuan  pembelajaran     atau  tujuan  instruksional   dengan  baik   dalam   perencanaan   proses   belajar   mengajar,   perumusan   tujuan  pembelajaran     merupakan     unsur   terpenting,  sehingga    perlu  dituntut  kreativitas   guru   dalam   menentukan      tujuan-tujuan   yang   dipandang   memiliki     tingkatan   yang    lebih   tinggi.
  2. Memilih   buku   pendamping   bagi   siswa   selain   buku   paket   yang   ada  yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai  kurikulum   yang   berlaku.
  3. Memilih metode  mengajar   yang    baik  yang    selalu  menyesuaikan  dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada.
  4. Menciptakan   media   atau   alat   peraga   yang   sesuai   dan   menarik   minat  siswa.    Penggunaan     alat   peraga    atau    media    pendidikan    akan  memperlancar   tercapainya    tujuan   pembelajaran.
  1. Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi   yang   baik   akan   membawa   siswa   memasuki   materi   pokok   atau inti   pembelajaran    dengan    lancar  dan   jelas.  Dalam   pelaksanaan     proses  belajar     mengajar,    bahasan     yang    akan    diajarkan    dibahas     dengan  bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan   metode   dan   teknik   yang   mendukung   berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan     penting.   Guru   yang   kreatif  akan   mengutamakan       pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif.   Dalam   hal   ini   guru   harus   memperhatikan   cara-cara   mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa.    Jadi  guru   melakukan     teknik  ”brainstorming”.  Diskusi   dalam belajar    kecil   memegang       peranan     didalam    mengembangkan sikap kerjasama   dan   kemampuan   menganalisa   jawaban-jawaban   siswa   setelah dikelompokkan   dapat   merupakan   beberapa   hipotesa   terhadap   masalah.

  1.    Cara guru dalam mengadakan evaluasi

Proses   belajar   mengajar   senantiasa   disertai   oleh   pelaksanaan   evaluasi. Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang  kreatif    tidak  akan    cepat   memberi    penilaian    terhadap    ide-ide   atau  pertanyaan     dan  jawaban    anak   didiknya   meskipun     kelihatan  aneh   atau  tidak biasa. Hal ini sangat penting  di dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan     bahwa    untuk   mengembangkan      kreativitas,   maka    salah  satu  caranya     adalah   dengan   menggunakan       keterampilan    proses   dalam   arti  pengembangan        dan    penguasaan     konsep    melalui  bagaimana     belajar konsep,     maka    dengan     sendirinya   evaluasi    harus   ditujukan    kepada     keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan  penguasaan       materi    pelajaran.    Adapun      kecenderungan   melakukan  penilaian   hanya   menggunakan   tes   pilihan   berganda,   ataupun   pertanyaan yang    hanya   menuntut    satu  jawaban    benar,   merupakan     tantangan   atau  hambatan      bagi    pengembangan,       sehingga    perlu   kiranya    diperlukan

  1. Seberapa besar pengaruh kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar

       Pengaruh kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar sangat besar sekali, karena keberadaan guru merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Dan dalam latar pembelajaran di sekolah peningkatan mutu pendidikan mutu disekolah sangat tergantung pada tingkat profesionalisme guru.

  1. Adakah hubungan antara kepropesionalan guru terhadap prestasi belajar

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar  siswa adalah kreativitas guru professional dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar  yang   menjadi   inidikator   dari   faktor  kreativitas   guru   professional adalah   cara   guru   dalam  merencanakan   proses   belajar   mengajar   (PBM),   cara   guru   dalam   pelaksanaan  PBM, dan cara guru dalam mengevaluasi PBM.

Di samping faktor kreativitas guru dalam proses belajar mengajar, fasilitas belajar . Dengan  adanya  fasilitas  belajar  yang   memadai  akan menunjang      proses   belajar  mengajar    yang  nantinya   akan   meningkatkan   hasil belajar    siswa.  Adapun  yang   menjadi    indikator   dari  fasilitas  belajar  adalah tempat atau ruang belajar, penerangan, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan praktek.

  1. Beberapa sekolah yang berprestasi karena kreatifitas dan keprofesionalan guru

 

Berprestasi adalah buah hasil dari hasil kerja keras, semangat, dan berkreasi.  keprosionalan guru terlihat jelas. Kreatifitas yang dimiliki sehingga semangat dan motivasi yang ada dipacu dan tak ketertinggalan oleh beberapa sekolah dilihat dari semangat pemimpin sekolah, para guru dan siswa-siswinya. Ini adalah beberapa dari sekolah-sekolah yang ada di kota Ambon yang menjadi contoh sekaligus menjadi motivasi untuk terus berkreasi (GMGM, surat kabar AE. Senin 2/12/2013)  di antaranya :

  • SD Negeri 2 Ambon, mewakili Indonesia ke New Zeeland;
  • Siswa SMP Negeri 6 Ambon, tim jurnalistik menjuarai lomba mading;
  • Kepala SMP Negeri 2 Ambon, berhasil mengharumkan nama sekolah dengan berbagai macam prestasi;
  • SMP Negeri 4 Ambon, guru matematika Maritje P. Matulessy, S.Pd sebagai guru berprestasi tingkat nasional;

SMA Negeri 4 Ambon, rangking 3 karya Ilmiah  Nasional.