Contoh Makalah

BAB I PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

 

Setiap manusia yang hidup di dunia ini tentunya senantiasa berfikir, terkadang yang membedakannya adalah tingkat kecerdasan dalam pemikiran manusia tersebut, yang dimaksud dengan kecerdasan adalah kesanggupan mental seseorang untuk menerima, memahami, bahkan menginterprestasikan sesuatu secara berlebih, daripada yang lain. Orang lain bisa mengukur kecerdasan orang, tentunya dengan tes-tes yang biasanya dilakukan oleh psikolog. Terdapat tiga karakteristik utama dalam kecerdasan berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung. Sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal serta mengarah kepada kebenaran secara konfergen. Istilah kecerdasan itu diturunkan dari kata intelegensi.

Intelegensi merupakan suatu kata yang memiliki makna sangat abstrak. Secara umum kecerdasan ( intelegensi) dapat didefenisikan sebagai suatu konsep abstrak yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog melalui tes intelgensi untuk mengestimasi proses intelektual.

Intelegensi adalah kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara kritis, cermat, dan teliti,serta menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien.

 

Beberapa ahli mempunyai pandangan yang berbedamengenai kecerdasan itu sendiri. Salah satunya ialah Dr. J.P Guilford di University of Southern California.

Seorang  psikolog di Angkatan Udara AS di pertengahan 1900-an, Guilford menerapkan tentang kecerdasan yang diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan dating. Dalam konteks ini maka yang namanya belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Kecerdasan menurut pandangan Guilford memandang adanya struktur yang terlibat di dalam proses kecerdasan sehingga menghasilkan produk berupa berfikir kreatif da divergent (memiliki beberapa alternative kebenar).

 

 Berdasarkan latar belakang di atas, kami sebagai penulis mencoba menjelaskan mengenai Struktur Kecerdasan menurut pandangan J.P Guilford atau lebih dikenal dengan Structure of Intellect (SOI) dan penerapan atau implikasi pandangan Guilford dan teorinya dalam MATEMATIKA dengan judul “ TEORI BELAJAR GUILFORD”.

 

  • Rumusan Masalah

 

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Bagaimana pengertian dan inti Teori Belajar Guilford
  • Bagaimana karakteristik dari Teori Struktur Intelegensi
  • Bagaimana penerapan Teori Belajar Guilford dalam pembelajaran Matematika

 

  • Tujuan Penulisan

 

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  • Menjelaskan pengertian dan inti Teori Belajar Guilford
  • Memaparkan karakteristik dari teori Srtuktur Intelegensi
  • Menjelaskan kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Guilford
  • Menjelaskan penerapan Teori Belajar Guilford

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

  • Biografi Guilford dan Teori Pembelajarannya

Joy Paul Guilford adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika. Guilford dilahirkan di sebuah peternakan dekat Marquette, Nebraska, pada tanggal 7 Maret 1987, putra dari Edwin dan Arvilla Monroe Guilford. Guilford banyak menelitih tentang intelegensi manusia, termasuk meneliti perbedaan penting antara produksi divergen dan konvergen. Semasa masi kecil, Guilford memiliki kebiasaan mengamati perbedaan kemampuan di antara keluarganya sendiri. Guilford merupakan lulusan dari Universitas Nebraska sebelum belajar di Edward Titchener di Cornell. Pada tahun 1938 Guilford menjadi presiden ke-3 Masyarakat Psikometri, mengikuti jejak pendirinya Louis Leon Thurstone dan EL Thorndike yang memegang posisi pada tahun 1937. Guilford melakukan pengembangan di Nebraska dan di University of Southern California. Pada tahun 1941 Guilford memasuki US Army Letnan Kolonel dan menjabat sebagai Direktur Unit Penelitian Psikologi No 3 di Basis Angktan Darat Santa. Dipromosikan menjadi kepala Unit Penelitian Psikologi di Angkatan Darat Pelatihan Udara AS Markas Komando Pasukan di Fort Worth, Guilford mengawasi “ Proyek Stanines”, yang mengidentifikasi delapan kemampuan intelektual yang spesifik penting untuk menerbangkan pesawat. (Stanines, sekarang istilah umum dalam psikologi pendidikan, diciptakan selama proyek Guilford). Selama Perang Dunia II, penggunaan Guilford dari delapan factor dalam pengembangan Baterai Uji dua hari klasifikasi signifikan dalam meningkatkan tingkat kelulusan bagi trainee aircrew. Guilford bergabunfg dengan Fakultas Pendidikan di University of Southern California dan melanjutkan penilitian faktor-faktor kecerdasan.

Dia dipublikasikan secara luas pada apa yang akhirnya bernama Struktur Teori Akal, dan pasca perang penilitian mengidentifikasi total 90 kemampuan intelektual diskrit dan 30 kemampuan perilaku.

Struktur of Intelek (SOI) adalah teori kecerdasan manusia yang dikembangkan dari karya Dr. J.P Guilford di University of Southern California. Teori Belajar Guilford banyak membicarakan mengenai struktur intelegensi/kecerdasan seseorang yang banyak mengarah pada kreativitas seseorang. Belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi, Diperlukan perilaku intelegen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku non intelegen.

Guilford mengemukakan bahwa intelegensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau faces of intellect, yaitu :

 

  1. Operasi Mental (Proses Berpikir)
  2. Cognition yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan dan sadar akan informasi.
  3. Memory Relention yaitu kemampuan untuk mengingat informasi.
  4. Memory Recording yaitu kemampuan untuk mengkodekan informasi (ingatan yang segera)
  5. Divergent Production yaitu kemampuan untuk menghasilkan beberapa solusi untuk masalah kreativitas.
  6. Convergent Production kemampuan untuk menyimpulkan satu solusi untuk masalah.
  7. Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai apakah informasi akurat, kosisten, atau valid.

 

  1. Content (Isi yang dipikirkan)
  2. Visual (bentuk konkret atau gambaran) yaitu informasi dipersepsikan melalui melihat.
  3. Auditory yaitu informasi dirasakan melalui pendengaran.
  4. Word Meaning (sematic) yaitu informasi yang dipersepsikan dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan, tertulis, atau diam-diam dalam pikiran seseorang.
  5. Symbolic (informasi dalam bentuk lambing, kata-kata atau angka dan notasi music).
  6. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).

 

 

 

  1. Product (Hasil Berpikir)
  2. Unit (intem tunggal informasi).
  3. Kelas (kelompok intem yang memiliki sifat-sifat yang sama)
  4. Relasi (keterkaitan antar informasi)
  5. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
  6. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefenisi informasi).
  7. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi intem lain).

 

Setiap teori pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekekuranganya masing-masing. Begitu juga dengan teori Struktur of Intellect yang dibahas dalam kajian ini. Kelebihan dari penerapan teori ini ialah dapat memaksimalkan semua potensi yang ada terutama dalam proses berfikir yang lebih kompleks (divergen). Sedangkan kekurangannya ialah bila digunakan kepada anak-anak atau siswa yang terbiasa dengan menggunakan pola berfikir konvergen yang menyebabkan anak tersebut mengalami kebingungan. Karena dalam pola berfikir konvergen selalu meminta jawaban yang paling benar.

 

  • Karakteristik Teori Guilford (Teori Struktur Intelegensi)

Intelegensi dan IQ Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah sebagai berikut :

  • Faktor Keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara 2 anak kembar korelasinilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang di besarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walau mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

 

  • Faktor Lingkungan.

Walau ada cirri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amt penting. Orang seringkali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaanarti yang sangat mendasar. Arti intelegensi sudah di jelaskan didepan, sedangkan IQ atau tingkatan dari intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alas tes kecerdasan. Dengan demikian , IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

 

Intelegensi dan bakat intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta menyesuaikan dengan lingkungan. Didalam struktur intelegensi menurut Guilford juga terkandung komponen ingatan. Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Intelegensi dan kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang integen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. J.P Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampua untuk memberikan berbagai alternative jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.

Dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan potensi yang diturunkan dan memiliki oleh setiap orang untuk berpikir secara logis, berfikir abstrak dan kelincahan berpikir dan dapat melakukan berbagai kemampuan yang ada seperti

  • Kepekaan, kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional.
  • Linguistic, kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-funsi bahasa.
  • Musical, kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk ekspresi music.
  • Spatial, kemmpuan mempersepsikan dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi-persepsi tersebut.
  • Bodily Kinesthetic, kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil.
  • Interpersonal, kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen dan motivasi orang lain.
  • Intrapersonal, kemampun untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri.

Kecakapan potensial seseorang hanya dapat dideteksi dengan mengidentifiksi indikator-indikatornya. Jika kita perhatikan penjelasan-penjelasan intelegensi diatas, maka pada dasarnya indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yaitu : Kecepatan (waktu yang singkat), Ketetapan (hasilnya yang sesuai dengan yang diharapkan) dan Kemudahan (tanpa mengahadapi hambatan dan kesulitan yang berarti) dalam bertindak.

Dengan indikator-indikator perilaku intelegensi tersebut, para ahli mengembangkan instrument-instrumen standar untuk mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan kecakapan khusus (bakat) seseorang.

Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak digunkan di Indonesia ialah Tes Binet Simon walaupun sebetulnya menurut hemat penulis alat ukur tersebut masih terbatas untuk mengukur intelegensi atau bakat persekolahan (scholastic aptitude), belum dapat mengukur aspek-aspek intelegensi secara keseluruhan (multiple inteligence). Selain itu, ada juga tes intelegensi yang bersifat lintas budaya yaitu Tes Progressive Metrices (PM) yang dikembangkan oleh Raven. Dari hasil pengukuran intelegensi tersebut dapat diketahui seberapa besar tingkat intelegensi. (biasa disebut IQ = Intellingent Quotient yaitu ukuran kecerdasan dikaitkan dengan usia seseorang.

Guilford melihat kepribadian sebagai suatu struktur sifat yang tersusun secara hirarkis, mulai dari tipe-tipe yang luas pada puncaknya. Kemudian sifat-sifat primer, kemudian hexes (diposisi-diposisi agak khusus seperti kebiasaan-kebiasaan). Guilford juga mengakui adanya sejumlah sub-area utama dalam kepribadian serta sifat-sifat abilitas, teperamen dan dinamik.

 

  • Penerapan Teori Belajar Guiford Dalam Matematika

Implikasi teori belajar Guilford dalam pembelajaran sebagai berikut :

  1. Dalam menyelesaikan soal pembelajara matematika kepada siswa, dari jawaban yang diberikan siswa dapat dibuktikan bahwa kemampuan untuk memberikan berbagai alternative jawaban adalah berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru melalui materi pembelajarannya.
  2. Kreatifitas seorang siswa dapat dilihat dari kemampuannya untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan ide kreatif tanpa bersumber pada suatu teori saja, sehingga memunculkan banyak ide dari berpikir kreatifnya.
  3. Pada kinerja seeorang pada tes kecerdasan dapat ditelusuri kembali ke dasar kemampuan mental atau faktor kecerdasan sesorang itu sendiri.

Berfikir kreatif yang terjadi pada siswa tergantung pada kemampuan dirinya untuk mewujudkan ide/gagasannya yang timbul pada hati nurani untuk mewujudkan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

 

Kreativitas yang di kembangkan oleh Guilford diterapkan mulai pada tingkat taman kanak-kanak, yaitu dalam mengenal bilangan, menggambar bangun datar dan bangun ruang. Pada tingkat sekolah dasar maupun menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi terdapat beberapa materi yang esensial yang memungkinkan anak untuk berkreatifitas misalnya geometri. Slah satu contoh materi menentukan kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah :

 

  1. Siswa dikelas diperkenalkan sebuah bangun ruang, yaitu kubus ABCD.EFGH yang disusun dari beberapa bidang sisi, siswa dikelas diperkenalkan salah satu jaring-jaring kubus :

Siswa diberikan waktu untuk memikirkan berdasarkan contoh yang telah diberikan untuk menemukan sendiri susunan jaringan-jaringan kubus yang lain.

Kemudian siswa diminta tentukan kedudukan bidang pertama hingga bidang kedua dari jaring – jaring kubus yang ditemukan  hingga membentuk sebuah kubus.

 

 

  1. Dalam lomba pacuan kuda terdapat 15 lebih kaki kuda dari pada ekornya. Berapa banyak kuda pada lomba itu?

Penyelesaian :

Cara 1. Misal  x = banyak kuda

x juga menyatakan banyak ekor kuda, maka

x + 15 = 4x

3x = 5

x = 5

jadi, banyak kuda adalah 5

 

Cara 2. Kaki kuda 4 dan ekor 1. Lebihnya ada 15

Kaki dikurangi ekor ada 3

Bagi 15/3 = 5

Jadi, banyak kuda ada 5

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III  PENUTUP

 

  • Kesimpulan dan Saran

 

  • Kesimpulan

 

Guilford menerangkan tentang kecerdasan yang di artikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang. Kreativitas, menurut Guilford dapat dinilai dari aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun cirri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas. Guilford mengemukakan bahwa intelegensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu Operasi Mental (Proses Berfikir), Content (isi yang dipikirkan), Visual (bentuk konkret tau gambaran). Auditory, Word Meaning (sematic), Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dalam notasi), Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi, muka atau suara) dan Product (hasil berpikir).

 

  • Saran

Teori Guilford banyak mengenai struktur intelek siswa, bagaimana kreativitas siswa dan banyak membahas mengenai psikologi kepribadian. Kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya yang akan menyelesaikan tugas akhir yang membahas mengenai I ntelegensi dan kreativitas siswa sebaiknya lebih mengembangkan teori ini.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  • Abidin Muhammad Zainal. (2010). Teori Belajar Guilford. [Online].

Tersedia:http://www.masbied.com/2010/03/20/teori-belajar-guilford#more-2466. [15 september 2011]. Kearsley,G. (2002)

  • JP Guilford Struktur Intelek. [Online].

Tersedia:http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/Guilford.html. [15 september 2011].

  • Guilford, J. P. (1973). Fundamental statistic in psychology and education. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Guilford, J. P. (1967).

Leave a comment